Rajawalibaruna.com | Aceh Utara – Mentari sore mulai merunduk di ufuk barat, meninggalkan semburat jingga di langit Kota Panton Labu, Aceh Utara. Aroma rempah-rempah dan makanan manis, khas jajanan takjil Ramadhan, memenuhi udara, menandakan datangnya waktu berbuka puasa. Di sepanjang jalan-jalan utama, khususnya di pusat kota yang relatif sempit, terlihat lautan manusia yang memenuhi pasar takjil dadakan. Bulan Ramadhan tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, kembali menghadirkan pemandangan yang sama: keramaian yang luar biasa dan kemacetan yang tak terhindarkan, sebuah siklus tahunan yang seolah-olah sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari bulan suci di Panton Labu.

 

Pantauan Rajawalibaruna.com pada Senin, 3 Maret 2025, menggambarkan suasana hari ketiga puasa di Panton Labu secara lebih detail. Sejak pukul 15.00 WIB, bahkan lebih awal lagi di beberapa titik, para pedagang sudah mulai menata dagangan mereka. Gerobak-gerobak sederhana, sebagian terbuat dari kayu dan bambu, berjejer rapi, menawarkan aneka menu berbuka puasa yang menggugah selera. Bukan hanya gerobak, beberapa pedagang juga memanfaatkan tenda-tenda kecil yang mereka dirikan di pinggir jalan. Es buah segar dengan aneka warna buahnya yang menggoda, disajikan dalam gelas plastik bening; mie caluk dengan kuah kental dan rempah yang harum, terlihat menguap hangat; gado-gado dengan saus kacang yang nikmat, disajikan dalam piring-piring plastik sekali pakai; hingga hidangan berat seperti ikan bakar dan ayam bakar yang mengepulkan asap harum, membuat perut bergemuruh. Kolak pisang dan ubi, dengan warna kuning keemasan yang menggiurkan, serta aneka kue dan makanan ringan lainnya, seperti pastel dan lemper, melengkapi deretan hidangan yang siap mengobati dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa. Suasana ramai dan semarak, diiringi obrolan dan tawar-menawar harga yang khas pasar tradisional.

 

Suasana semakin ramai menjelang waktu adzan Maghrib. Para pembeli, baik warga lokal yang sudah mengenal betul lokasi pedagang favorit mereka, maupun dari luar kota seperti Hasbi (45) yang datang dari Aceh Timur, berdesakan dengan ramah mencari menu favorit mereka. Hasbi, yang terlihat membawa keluarganya, mengungkapkan, “Setiap tahun begini, suasana pasar takjil selalu lebih meriah. Semua orang ingin berbuka dengan makanan yang enak dan berkesan, sebuah tradisi yang menyenangkan.” Senyum merekah di wajah Salamah (40), salah satu pedagang takjil yang terlihat kewalahan melayani pembeli, namun kewalahan itu diiringi rasa syukur. “Alhamdulillah, hampir semua dagangan saya habis sebelum pukul 17.00 WIB,” katanya dengan penuh syukur. Keuntungan yang didapatnya di awal Ramadhan ini akan sangat membantunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama bulan puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri, sebuah harapan yang menjadi motivasi bagi banyak pedagang takjil lainnya.

 

Namun, di balik berkah Ramadhan bagi para pedagang, kemacetan menjadi masalah yang tak bisa diabaikan, sebuah masalah yang berulang setiap tahunnya dan tampaknya belum mendapatkan solusi yang efektif. Arus lalu lintas di pusat kota menjadi tersendat, bahkan lumpuh di beberapa titik, akibat banyaknya kendaraan yang parkir sembarangan di pinggir jalan, mengurangi lebar jalan yang sudah sempit. Kemacetan ini semakin parah menjelang waktu berbuka, saat para pembeli berbondong-bondong menuju pasar takjil, membuat situasi semakin padat dan semrawut. Kemacetan ini, yang sudah menjadi pemandangan tahunan, membuat warga sekitar merasa resah, sebuah keresahan yang sudah berlangsung bertahun-tahun. “Kalau bisa, pemerintah daerah menata kembali tata kota, menyediakan area parkir khusus, mungkin juga sistem pengaturan lalu lintas yang lebih baik, supaya kendaraan tidak parkir sembarangan di pinggir jalan,” saran seorang warga yang merasa terganggu dengan kemacetan tersebut, suaranya terdengar sedikit frustasi. Kekhawatirannya semakin besar, “Kalau seperti ini terus, Panton Labu bisa dinobatkan kota tak bertuan,” tambahnya dengan nada kecewa, mengungkapkan kekhawatiran akan citra kota mereka yang terganggu oleh kemacetan. Harapan akan solusi yang lebih baik dari pemerintah daerah untuk mengatasi kemacetan tahunan ini pun semakin menggema di tengah keramaian pasar takjil, sebuah harapan yang semoga dapat segera terwujud.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *