Rajawalibaruna.com | ACEH TIMUR- Kondisi jembatan gantung yang terbengkalai di Desa Bom Lama, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, mengungkap penderitaan masyarakat. Bersama Kepala Desa Ilyas, media menyaksikan langsung bagaimana jembatan sepanjang 80 meter dan lebar 4 meter ini menjadi urat nadi kehidupan 800 jiwa (210 KK) di dua desa yang terputus aksesnya. Jembatan ini sangat vital bagi aktivitas pendidikan, keagamaan, pertanian, dan kemasyarakatan di dua kecamatan, Peureulak dan Ranto Peureulak. (Laporan Media, 28/6/2025).
Bayangkan, Desa Bom Lama dengan areal persawahan luas dan sungai besar, terisolir karena jembatan penghubungnya putus. Masyarakat, mayoritas petani dan pekebun, terpaksa menempuh perjalanan berputar puluhan kilometer untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini telah berlangsung selama 10 tahun, sejak jembatan gantung ambruk. Meskipun pernah ada upaya pembangunan pada tahun 2017 di masa kepemimpinan Bupati Rocky, proyek tersebut mangkrak, hanya menyisakan pondasi jembatan di kedua sisi sungai.
Yang paling memprihatinkan adalah akses pendidikan anak-anak di Desa Blang Simpo yang tak memiliki sekolah SD dan SMP. Mereka harus menyeberangi sungai, namun kini terhalang jembatan yang putus. Kondisi ini sangat menyulitkan warga dan telah mengakibatkan terhambatnya pendidikan dan perekonomian masyarakat. Usulan kepada PUPR dan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur hingga kini belum membuahkan hasil. Kepala Desa Ilyas berharap besar kepada Bupati baru untuk segera melanjutkan pembangunan jembatan ini dan mengakhiri penderitaan masyarakat dua desa ini.
Reporter: Idr

